Rabu, 08 Februari 2012

Kerajaan Kutai Kartanegara


A. Latar Belakang
Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua bercorak Hindu di Nusantara dan seluruh Asia Tenggara. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai social dan politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri.

Sriwijaya adalah kerajaan Melayu Kuno di pulau Sumatra yang banyak berpengaruh di kepulauan Melayu. Sistem pemeritahannya terdapat pegawai pengurus pajak,harta benda kerajaan, rohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaan dalam menjalankan system negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai ketuhanan. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin pada kerjaan ssriwijaya tersebut, yaitu berbunyi ‘marvuat vanua Criwijaya siddhayatra subhiksa’. suatu cita-cita Negara yang adil dan makmur.

 

1. Kerajaan Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
•    Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek moyangnya.
•    Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan.
•    Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
2. Prasasti Kerajaan Kutai
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut :
•    Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur
•    Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan budaya luar (India), mengikuti pola perubahan zaman dengan tetap memelihara dan melestarikan budayanya sendiri.

Masuknya pengaruh budaya India ke Nusantara, menyebabkan budaya Indonesia mengalami perubahan. Perubahan yang terpenting adalah timbulnya suatu sistem pemerintahan dengan raja sebagai kepalanya. Sebelum budaya India masuk, pemerintahan hanya dipimpin oleh seorang kepala suku.
Selain itu, percampuran lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia mendirikan tugu batu. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa dalam menerima unsur-unsur budaya asing, bangsa Indonesia bersikap aktif. Artinya bangsa Indonesia berusaha mencari dan menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan asing tersebut dengan kebudayaan sendiri.
Bangsa Indonesia mempunyai kebiasaan mendirikan tugu batu yang disebut menhir, untuk pemujaan roh nenek moyang, sedangkan tugu batu (Yupa) yang didirikan oleh raja Mulawarman digunakan untuk menambatkan hewan kurban.
Mulawarman
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.

Aswawarman
Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Berakhir
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
3. Nama-Nama Raja Kutai
1.    Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman
2.    Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3.    Maharaja Mulawarman
4.    Maharaja Marawijaya Warman
5.    Maharaja Gajayana Warman
6.    Maharaja Tungga Warman
7.    Maharaja Jayanaga Warman
8.    Maharaja Nalasinga Warman
9.    Maharaja Nala Parana Tungga
10.    Maharaja Gadingga Warman Dewa
11.    Maharaja Indra Warman Dewa
12.    Maharaja Sangga Warman Dewa
13.    Maharaja Candrawarman
14.    Maharaja Sri Langka Dewa
15.    Maharaja Guna Parana Dewa
16.    Maharaja Wijaya Warman
17.    Maharaja Sri Aji Dewa
18.    Maharaja Mulia Putera
19.    Maharaja Nala Pandita
20.    Maharaja Indra Paruta Dewa
21.    Maharaja Dharma Setia

A. Kesimpulan
Inilai lain dan bedanya Nasionalisme Indonesia zaman sekarang daripada dahulu. Masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai sosial dan politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana.

Waktu Negara Indonesia pertama dibentuk dan dijunjung rakyat seketurunan yang memakai dasar kedaulatan yang selaras dengan kepercayaan purbakala (kesaktian-magie) dan agama Budha Mahayana, yaitu Negara Syailendra – Sriwijaya (600 -1400), dan Negara Indonesia kedua yang disusun atas faham keprabuan dan berdasarkan pada paduan agama Syiwa dan Budha, menjadi agama Tantrayana, yaitu Negara Majapahit (1293 – 1525). Negara Indonesia ketiga yang segera akan datang adalah pula Negara berkebangsaan dan berketuhanan.

Jadi, tentang dasar Negara itu, tak dapatlah dilanjutkan dasar kesatuan atas dasar keprabuan secara dahulu itu. Karena tradisi kenegaraan antara runtuhnya tata Negara kedua Negara Indonesia Merdeka tidak disambung melainkan sudah surut. Rakyat Indonesia sekarang tidak dapat diikat dengan dasar dan bentuk tata Negara dahulu, karena perubahan dan aspirasi kita sekarang jauh berlainan dengan zaman yang dahulu itu. Agama sudah berlainan, dunia pikiran sudah berbeda, dan susunan dunia sudah berubah.

B. Saran
    Mudah-mudahan semua usaha dan pemikiran kami ini dapat dipergunakan oleh pembaca khususnya bagi pelajar indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar