Telah menjadi adat kebiasaan, puak melayu memakai tepung tawar pada beberapa upacara dan kejadian-kejadian penting, umpamanya pada perkawinan, pertunangan, sunat rasul (khitan) ataupun jika seseorang kembali dengan selamat dari sesuatu perjalanan ataupun terlepas dari mara bahaya ataupun mendapat rahmat yang diluar dugaan. Maka ditepung tawarilah yang berkepentingan dengan pengharapan ia akan tetap selamat dan bahagia hendaknya. Logat tepung tawar mulanya ialah TAMPUNG TAWAR, yaitu dalam kata “ditampung tangan untuk menerima penawar (obat)”.
CARA MELAKUKAN TEPUNG TAWAR
Cara melakukan tepung tawar sebagai berikut :
- Orang yang hendak ditepung tawari mula-mula menerima ataupun mengambil sedikit (sejumput) beras putih, beras kuning, bertih dan bunga rampai
- Lalu menaburkannya ke atas haribaan atau keliling badan orang yang ditepung tawari (kadang-kadang disertai dengan ucapan ‘selamat’, “murah rezeki”’ “sehat”’ dan sebagainya
- Kemudian ambil berkas ikatan daun kalinjuhang dan daun lainnya, dicecahkan ke mangkuk putih yang berisi air dan beras putih serta irisan limau purut lalu dirinjis-rinjiskannya di atas kedua belah telapak tangan orang yang ditepung tawari. Selalu juga disertai dengan kata ‘selamat’.
- Kemudian barulah diambil sedikit tepung beras tadi dan dioleskan (dilekatkan) ke tapak tangan yang ditepung tawari. Semua acara di atas dilakukan dengan khidmat. Orangtua ada juga merinjis-rinjiskan berkas ikatan tersebut ke atas ubun-ubun (kepala) anaknya ataupun keluarga termuda. Ini sebenarnya bersifat kemanja-manjaan saja , bukan kelaziman.
Jika yang ditepung
tawari lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya di dalam keluarga ataupun
masyarakat dari orang yang ditepung tawari, maka orang yang ditepung tawari
telebih dahulu harus minta terima kasih dan memberi hormat dengan cara
mengangkat kedua belah tangannya sewaktu hendak di tepung tawari. Yang menepung
tawari membalas pula dengan mengangkat kedua belah tangannya juga, sebagai
menerima tanda terima kasih atau penghormatan itu.
Sebaliknya yang akan
terjadi, jika yang menepungtawari lebih muda, maka dialah terlebih dahulu yang
harus memberi hormat.
URUTAN PENEPUNG TAWARAN
Urutan yang menepung tawari adalah dimulai dari :
- Ibu bapaknya (serentak)
- Kemudian ahli keluarga yang tertua dan terdekat sampai jumlah yang telah ditentukan semula dengan ketentuan mula-mula yang menepung tawari adalah kaum laki-laki, kemudian baru giliran kaum wanita.
- Anak beru ataupun seseorang yang ditugasi untuk itu, mendatangi dan menjemput orang yang harus menepung tawari itu serta mempersilahkan beliau sambil mengiringkannya pula dari belakang ke tempat upacara tepung tawar. Selesai melakukan tepung tawar, beliau diantar pula ke tempat duduknya semula dan oleh anak beru atau orang yang ditugaskan untuk itu memberikan kepada beliau sebuah “bunga telor berkat.
Tepung Tawar ini
berasal dari zaman leluhur berpuluh abad yang lalu. Susunan tepung tawar yang
biasa digunakan oleh masyarakat melayu dalam garis besarnya terdiri dari 3
bagian pokok, yaitu :
1. RAMUAN PENABUR
Di atas wadah terletak
sepiring beras putih, sepiring beras kuning, sepiring bertih dan sepiring
tepung beras, sebagai pelambang sebagai berikut :
- Beras putih = kesuburan
- Beras Kuning = kemuliaan, kesungguhan
- Bertih = perkembangan
- Bunga Rampai = keharuman (nama)
- Tepung beras = kebersihan hati.
Arti keseluruhan dari bahan-bahan di atas adalah
kebahagiaan
2. RAMUAN RINJISAN
Sebuah mangkuk putih
(dulu tempurung kelapa puan) berisi air biasa, segenggam beras putih dan sebuah
jeruk purut yang telah di iris-iris. Di dalam mangkuk tersebut juga diletakkan
sebuah ikatan daun-daunan yang terdiri dari 7 macam daun, yaitu :
- Daun Kalinjuhang (silinjuhang)
- Tangkai pohon pepulut (sipulut) dengan daun
- Daun Gandarusa atau daun sitawar
- Daun jejerun (jerun-jerun)
- Daun sepenuh
- Daun sedingin
- Pohon sembau dengan akarnya
Ketujuh daun di atas diikat dengan akar atau benang
jadi satu berkas kecil sebagai rinjisan. Adapun arti dari bahan-bahan di atas
adalah sebagai berikut :
Mangkuk putih berisi air
= kejernihan; beras = kesuburan; irisan-irisan jeruk purut = membersihkan.
Secara keseluruhan diartikan sebagai Keselamatan dan Kebahagiaan.
Sedangkan ketujuh macam dedaunan tersebut di atas
berarti :
Daun Kalinjuhang
Daun Kalinjuhang
Mempunyai sifat membangkitkan
semangat yang telah lesu. Daun ini dapat diartikan sama dengan “panjang umur”
dan “bertenaga”
Daun Pepulut
Daun Pepulut
Sifatnya “melengket” atau “tidak
lekas lekang”. Daun ini memberi arti “Kekekalan”
Daun Gandarusa
Daun Gandarusa
Adalah tangkal (perisai) terhadap
“kecelakaan” yang mungkin dating dari alam gaib atau tenaga gaib
Pohon Jejurun
Pohon Jejurun
Sifatnya sukar dicabut dan sukar
mati, menjadi simbol “kelanjutan hidup”.
Daun sepenuh
Daun sepenuh
Mengingatkan kita kepada kata
“penuh” yang berarti disini “penuh rezeki”
Pohon Sedingin
Pohon Sedingin
Ialah tanda 'ketenangan' dan
'kesehatan'.
Pohon sembau
Pohon sembau
Mempunyai akar sangat liat dan
sukar dicabut, mengingatkan kita pada “kekuatan dan keteguhan”
3. PERDUPAAN
Perdupaan dengan
kemenyan atau setanggi yang dibakar dapat diartikan dengan pemujaan atau doa
kepada Yang Maha Kuasa agar permintaan dimaksud dapat restu atau terkanul
hendaknya. Perdupaan ini sangat jarang dilakukan pada upacara tepung tawar yang
ada sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar